Pernahkah Kamu mengunjungi sebuah situs dari ponsel atau tablet dan menemukan layoutnya kacau atau sulit dinavigasi? Ini Besar kemungkinan itu terjadi karena website tersebut belum menerapkan metode Responsive Web Design atau RWD.
Responsive Web Design (RWD) adalah metode yang dipakai oleh seorang website developer untuk membuat website dapat menyesuaikan tampilan secara otomatis di setiap ukuran layar dari device yang berbeda, mulai dari ukuran seluler sampai ukuran desktop, sehingga pengguna dapat merasakan User Experience (UX) yang nyaman dan website menjadi lebih User Friendly.
Saat ini metode Responsive Web Design penting untuk diterapkan dalam sebuah website, karena Google lebih menyukai website yang mobile-friendly, sehingga dapat memberikan peringkat lebih baik dalam mesin pencari. Selain itu berdasarkan data dari databoks.id 93% pengguna internet di Indonesia lebih nyaman mengakses website melalui smartphone karena lebih praktis untuk diakses kapanpun dan dimanapun.
Poin Teknis dalam membuat Responsive Web Design
Untuk menerapkan Responsive Web Design (RWD) dengan baik pada websitemu, kamu bisa mengaplikasikan beberapa teknik berikut sebagai panduan.
Grid Flexibility
Grid Flexibility merupakan teknik dasar dalam Responsive Web Design (RWD) yang merujuk pada kemampuan grid layout atau kerangka kerja yang digunakan untuk mengatur elemen-elemen pada halaman web secara terstruktur agar dapat menyesuaikan diri dengan berbagai ukuran layar dan perangkat, tujuannya agar kamu lebih mudah untuk menyusun elemen-elemen di dalam desain web agar terlihat lebih proporsional, rapi dan mudah untuk disesuaikan di berbagai layar. Terdapat tiga tipe utama dalam sistem grid yang bisa kamu terapkan yaitu . Grid Tetap (Fixed Grid) yang terdiri dari kolom dengan ukuran tetap tanpa peduli ukuran layar yang digunakan, Grid Cair (Fluid Grid) Yang menggunakan ukuran lebar berbasis persentase dari Fixed Grid. Kolom akan menyesuaikan secara otomatis tergantung ukuran layar yang digunakan, Grid Hibrida (Hybrid Grid) adalah penggabungan antara Fixed Grid dan Fluid Grid untuk menampilkan USer Experience yang optimal di semua perangkat layar.
Media Queries
Media Queries adalah teknik CSS yang bisa digunakan untuk menerapkan gaya pada berbagai perangkat berdasarkan karakteristiknya seperti lebar, tinggi dan resolusi layar. Dengan menggunakan media queries Kamu bisa menyesuaikan tata letak halaman beserta elemen-elemen di dalam website berdasarkan ukuran layar yang berbeda dari setiap device. Dalam CSS Media Queries ditempatkan dalam @rules, khususnya @media, kamu bisa menentukan jenis media yang ingin ditargetkan dan fitur/kondisi yang harus dipenuhi agar query berlaku. Misal kita ingin menargetkan perangkat dengan layar lebih dari 320 piksel. Semua kode yang berada di dalam kurung kurawal media query hanya akan diterapkan di browser pada perangkat dengan layar yang memenuhi kondisi tersebut.
Flexbox & CSS Grid
Flexbox dan CSS Grid adalah dua teknik tata letak yang terintegrasi dalam CSS untuk membantumu membuat elemen-elemen pada website lebih responsif, fleksibel dan efisien. Tanpa perlu mengandalkan float atau positioning yang berperan penting terhadap kinerja dan kreativitas sebuah website. Flexbox dirancang untuk mengatur elemen dalam satu dimensi secara horizontal atau vertikal yang memungkinkan kamu dapat mengatur elemen membesar atau mengecil sesuai kebutuhan. Sedangkan CSS Grid dirancang untuk mengatur tata letak dua dimensi yang kompleks dengan mudah, seperti ketika menentukan membuat grid dengan beberapa kolom dan baris, menentukan posisi elemen dengan tepat. Kedua teknik ini dapat digunakan secara bersamaan atau terpisah tergantung pada kebutuhan desain website masing masing.
4. Responsive Image
Responsive Image merupakan kumpulan berkas gambar yang dipilih untuk ditampilkan di satu lokasi gambar pada sebuah website, Untuk memastikan gambar terlihat baik di berbagai ukuran layar, kamu dapat menggunakan Responsive Image. Dengan menggunakan teknik CSS seperti ‘max-width: 100%;’, dengan begitu gambar akan menyesuaikan tampilan tanpa mengurangi kualitas.
Strategi yang dapat diterapkan dalam implementasi RWD
Untuk mengoptimalkan Responsive Web Design (RWD) berikut beberapa strategi yang bisa kamu terapkan
1.Mobile-First Approach
Mobile-First Approach adalah pendekatan dalam proses web development untuk mengutamakan fungsionalitas user experience UX pada layar kecil seperti yang terdapat pada perangkat mobile, lalu diperluas lagi kelayar yang lebih besar seperti Desktop/Laptop. Metode ini bermula dari banyaknya pengguna smartphone untuk mengakses internet yang dinilai cukup praktis dan efisien.
Agar memudahkan kamu dalam Mengaplikasikan metode Mobile-First Approach, kamu bisa membuat Content Inventory menggunakan Spreadsheet atau Ms.Excel untuk memastikan konten dalam website atau aplikasi tidak ada yang terlewatkan, lalu sortir konten apa saja yang yang menurutmu tidak terlalu penting untuk ditampilkan, mengingat pengguna Smartphone Hanya menggunakan sentuhan jari untuk menavigasi layar yang tentu tidak semudah menggunakan mouse.
Hindari juga penggunaan Interaksi Hoover untuk menampilkan menu yang berbentuk dropdown agar pengguna tidak terganggu oleh kemunculan menu yang tiba tiba, lalu perhatikan juga ukuran gambar dan elemen visual pada websitemu, pastikan untuk tidak menggunakan gambar yang terlalu besar serta elemen visual seperti Tombol, garis dan border yang rumit.
2. Content-Driven Breakpoints
Breakpoints adalah titik tertentu dalam kode CSS dimana layout pada halaman web dapat berubah secara signifikan dan beradaptasi untuk menyesuaikan ukuran layar yang berbeda. Dengan menetapkan breakpoint yang tepat, kamu dapat memastikan bahwa layout pada situs web tetap terlihat baik pada semua perangkat di berbagai ukuran layar.
Biasanya Breakpoint untuk layar ukuran mobile ukuran yang ditetapkan kurang dari 768px, sedangkan untuk tablet dan desktop di ukuran 1024px.
3. Viewport Meta Tag
Viewport Meta Tag merupakan kode HTML yang berperan penting untuk membuat website menjadi lebih responsif dan user friendly dengan cara memberitahu browser dalam mengontrol dimensi dan skala viewport, Tag ini berperan sangat penting dalam Responsive Web Design karena dapat memastikan konten yang terdapat pada website mudah dilihat dan berfungsi dengan baik di berbagai perangkat dengan menggunakan atribut seperti (width=device-width) dan (initial-scale=1), tag viewport dapat menyesuaikan lebar halaman agar sesuai dengan lebar layar perangkat serta mengatur tingkat zoom awal saat halaman pertama kali dimuat. Ini membantu mencegah pengguna dari harus melakukan scroll horizontal atau zoom untuk melihat konten.
Best Practice Mengoptimalkan User Experience (UX)
User Experience (UX) adalah seluruh pengalaman interaksi pengguna saat mengakses sebuah produk atau layanan yang meliputi kemudahan, estetika dan kepuasan pengguna. Untuk mempertahankan dan meningkatkan kepuasan pengguna maka perlu untuk mengoptimalkan User Experience (UX), kamu bisa melakukan optimasi pada point-point berikut :
1. Touch-Friendly Design
Agar mudah dalam melakukan navigasi website pada device yang menggunakan Touch Screen sebagai kontrolnya seperti Smartphone dan Tablet, maka desain website harus dibuat ramah terhadap sentuhan.
Kamu bisa menggunakan ukuran yang cukup besar pada elemen-elemen penting seperti tombol, link dan form agar mudah disentuh dengan jari, jarak antar elemen juga harus diatur sedemikian rupa untuk menghindari kesalahan ketika pengguna menyentuh layar tertentu, Selain itu pastikan scrolling halaman tidak terhambat oleh elemen yang tidak penting dan hindari juga penggunaan fitur yang digunakan pada hover mouse, karena ini tidak berfungsi pada layar sentuh.
2. Performance Optimization:
Dalam konteks User Experience (UX), melakukan optimalisasi performa website penting untuk dilakukan karena dapat meningkatkan kecepatan serta efisiensi sebuah website atau aplikasi agar pengguna merasa nyaman dalam mengakses website atau aplikasi.
Teknik yang bisa diterapkan untuk mengoptimalkan performa website diantaranya Mengoptimalkan gambar, meminimalkan kode JavaScript dan CSS dan mengkompress file agar waktu muat halaman web menjadi lebih singkat. Memilih layanan hosting yang tepat dan mengkonfigurasi server juga dapat dilakukan agar meningkatkan kecepatan akses website secara Real-time dan lebih efisien, lalu Web Performance Metric seperti First Contentful Paint (FCP), Time to Interactive (TTI), dan Largest Contentful Paint (LCP) dapat digunakan juga sebagai metrik penting dalam mengukur serta mengoptimasi performa website.
3. Testing dan Monitoring
Agar kualitas Responsive Web Design tetap terjaga dan kendala teknis dapat teridentifikasi dan ditangani dengan cepat, maka perlu melakukan Testing dan monitoring secara berkala, pengujian dan monitoring yang dapat dilakukan meliputi pengujian Cross-Browser untuk memastikan tampilan tetap konsisten di berbagai browser, pengujian Cross-Device untuk menguji tampilan di berbagai ukuran layar dan resolusi, Pengujian Performa menggunakan Google Pagespeed Insight untuk mengukur kecepatan muat halaman, Pengujian Fungsional untuk memastikan fungsi fungsi penting seperti navigasi, search bar dan form berfungsi dengan baik di setiap perangkat, Pengujian Visual dengan menggunakan Inspect Tools pada Chrome dapat dilakukan untuk memeriksa tampilan visual dan layout di berbagai breakpoint.
Untuk memonitoring uptime dan performa website secara Real-Time dapat menggunakan Tools seperti New Relic dan Pingdom.
•••
Kesimpulan
Dengan menerapkan Responsive Web Design dengan baik, artinya kamu sudah menciptakan website yang User Friendly dan dapat digunakan diberbagai device, tanpa peduli perangkat apa yang mereka pakai. Sehingga berpeluang besar meningkatkan traffic kunjungan pada website yang berpotensi menjangkau pelanggan potensial sehingga memaksimalkan konversi pada bisnismu.
Jadi tunggu apalagi? Segera terapkan konsep dan teknik Responsive Web Design yang sudah dibahas tadi agar websitemu semakin Powerful dan kompetiti !